Kamis, 27 Agustus 2015

PRAHARA

Karya Tari Prahara dalam Pentas Sembah Karya yang diselenggarakan pada hari Minggu, 23 Agustus 2015 di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Surakarta, Jawa Tengah


Karya tari Prahara mulai dipersiapkan sejak bulan november 2014. Berbagai proses dijalani oleh koreografer, penari, komposer dan pengrawit untuk mewujudkan karya tari ini. Selama hampir 9 bulan berproses, akhirnya PRAHARA dapat ditampilkan dalam Pentas Sembah Karya yang diselenggarakan oleh Cupumanik Art.

PRAHARA adalah sebuah karya tari berbentuk bedhayan (tari kelompok putri). Karya tari ini ditarikan oleh tujuh orang penari putri. Gerakan yang digunakan dalam tarian ini merupakan pengembangan dari gerak tradisi jawa.

Tarian ini menceritakan tentang seorang wanita yang anggun dan lemah gemulai namun dapat membuat carut marut dunia bila harga dirinya terinjak-injak. Sifat lemah gemulai tersebut tertutup oleh amarah yang tersulut oleh dendam.

"PRAHARA"


Ketika cahaya mulai berpendar
Perlahan memancar ke seluruh sudut ruang
Disitulah semua terasa indah

Ketika kuncup mulai mekar
di situlah keanggunan datang
dan kumbang tak kuasa untuk menghindar


Namun awan gelap mulai menutup cahaya
Badai pun turut meruntuhkan kelopak bunga

Di sinilah amarah berbicara
Di sinilah dendam mulai mengalir
Tak ada daya, tak ada lagi uluran tangan
Sumpah serapah menjadi awal kehancuran


KOREOGRAFER     : Kingkin Ayu Bondan Banowati
KOMPOSER             : Wahyu Santoso Prabowo, S.Kar., M.S
PENGRAWIT           : Paguyuban RUBEDA (Rumeksa Beksa Budaya)
                                      diketuai oleh Tulus Raharjo
PENARI                     : Kingkin Ayu Bondan Banowati
                                      Made Tantri Parwita
                                      Reza Arantika
                                      Eikka Sullistyaningsih
                                      Weni Asmorowati
                                      Veronica Wanda Eka Octaviana
                                      Rizkynesia Gupita Purbaningrum

Koreografer, Komposer, Penari dan Pengrawit karya tari PRAHARA

Crew dan dokumentasi PENTAS SEMBAH KARYA




Sabtu, 24 Januari 2015

Behind of this blog


Anggota CupumanikArt yang cantik-cantik, dari kiri ke kanan : udiarti, heni, reza, kingkin, tantri, weni dan iyan.

Senin, 01 Desember 2014

"Teteg : Keteguhan Pada Wanita" || Teteg : a Firmness of a Woman



Sinopsis / Synopsis
Tresna lan asih wus sinerat.
Tresna lan asih wus lumampah.
 Tresna lan asih tan bisa pinisah.
Tresna lan asih nduweni papan panggonan.
Tumapakin akir kodrating Gusti Kang Maha Kuasa, ingkang nemtokake.

(Cinta dan kasih telah tertulis.
Cinta dan kasih sudah berjalan.
Cinta dan kasih tak dapat dipisahkan.
Cinta dan kasih memiliki tempat.
Pada akhirnya Sang Kuasa yang menentukan.)

Love has written
Love has been running
love can't be separated
love has a place
In the end, just God can decide
  

     "Teteg" adalah salah satu garapan tari tradisi kelompok berdurasi lima menit. Teteg digarap oleh Cupumanik Art dan digunakan untuk mengisi workshop pada salah satu Institut Seni di Surakarta. Teteg terinspirasi dari salah satu tokoh wanita dalam pewayangan Mahabarata. Wanita bernama Pergiwa atau istri dari Gathotkaca. Mengisahkan emosi dari keteguhan hati seorang wanita bernama Pergiwa yang yakin kepada cinta sejatinya yaitu Gathotkaca. Pergiwa yang menolak lamaran laki-laki lain bernama Lesmana, memutuskan untuk pergi bersama Gathotkaca dan hidup berdua bahagia.
     Teteg menyampaikan suasana kesedihan seorang wanita, kemarahan yang hanya bisa ia pendam, dan keteguhan hati wanita untuk memilih jalan menuju takdirnya. 



      "Teteg" is one of a group dance work from Cupumanik Art with five minutes duration. This dance made for a workshop in on of Art Institute in Surakarta. Teteg inspired from on of woman character in Mahabharata Story. That woman is Pergiwa, Gathotkaca's wife. This dance tells a story about a firmness of Pergiwa's heart. She believes that her true love is Gathotkaca. Pergiwa refuse to accept Lesmana's proposal to marry her and deciced to run with Gathotkaca and live together. 
       "Teteg" deliver a sad, an anger and a firmness of a woman who choose a way to her destiny


Call us!!!

Contact Person:

Email : cupumanik.art@gmail.com

Phone : +6285725515557
             +6287736236479

Senin, 10 November 2014

Rias Tradisi



Rias wajah dalam suatu pertunjukan adalah hal yang sangat penting. Rias wajah akan memperkuat karakter yang dibawakan oleh seorang pelaku pertunjukan. Tak terkecuali pada pertunjukan tari tradisional. Setiap tari tradisional apalagi yang karakternya diambil dari kisah pewayangan seperti Mahabarata dan Ramayana. Rias yang diperlukan untuk mempertegas wajah harus disesuaikan dengan karakter pada tokoh pewayangan sendiri. Misalnya kita akan menarikan tokoh Srikandi pada tarian Srikandi Mustakaweni. Srikandi dalam pewayangan Jawa adalah sosok wanita kesatria yang gagah berani namun tetap anggun. Maka alis yang dibuat pun juga akan berbeda dengan karakter wayang yang karakternya lembut. Setiap goresan rias pada wajah didalam pertunjukan tradisi selalu memiliki makna dan symbol tertentu.

Selasa, 21 Oktober 2014

Cupumanik : Wadah Kecil dengan Keindahan Tradisi yang Luas || Small Heritage with the Wide Beauty of Tradition

Cupumanik adalah salah satu pusaka yang berukuran kecil seperti cepuk atau wadah. Pada kisah Ramayana Cupumanik dimiiliki oleh Dewi Indradi, Cupumanik ini mampu melihat keindahan dunia jika kita melihat kedalamnya. Filosofi inilah yang digunakan kelompok asal Surakarta untuk membuat sebuah wadah kesenian tradisi di era kecanggihan yang sudah maju ini. Meskipun terlihat kecil namun memiliki keindahan yang besar didalamnya. Sekumpulan perempuan-perempuan disuatu kota yang kecil namun memiliki mimpi dan cita-cita yang besar untuk kemajuan seni tradisi di Indonesia, khususnya seni tari.

Cupumanik is one of a little heritage like a jar. In Ramayana story, Cupumanik is Dewi Indradi's heritage, this Cupumanik can view the beauty of the world if we see inside it. This philosophy that make us, some people from Surakarta want to make a place for a tradition art in the middle of globalitation. Eventhough looks small but has a big beauty inside it. A woman group in a small town but has a big dream for a tradition art progress in Indonesia especially dance art.

Srikandi Cakil : Perempuan Dalam Haknya Untuk Menolak || Woman in her right to refuse



Tari Srikandi Cakil adalah salah satu tari gaya Surakarta. Tari Srikandi Cakil adalah tari yang menggambarkan perang antara Perempuan Tangguh Srikandi dan raksasa kecil bernama Cakil. Mengisahkan raksasa Cakil yang menghadang putri Srikandi. Cakil bertujuan untuk merayu Srikandi agar mau menikah dengan Rajanya Cakil bernama Prabu Jungkung Mardeya. Srikandi menolak mentah-mentah lamaran Cakil dan mereka berduapun berperang diperjalanan. Perang tersebut dimenangkan oleh Srikandi. Tarian ini kerap disajikan dalam suatu acara baik pesta maupun acara formal. Gerak yang ditarikan oleh Cakil lebih lincah dan atraktif, sedangkan Srikandi lebih kemayu namun tetap tangguh.




Srikandi Cakil Dance is one of Surakarta dance style. Srikandi Cakil dance is tell a story about a war between a strong woman called Srikandi and a little beast called Cakil. The war is started when Cakil trying to seduce Srikandi and ask her to marry Prabu Jungkung Mardeya. Srikandi refuse the proposal from Cakil. Srikandi won this war. This dance often perform at every event, that can be a party or a formal event. The Cakil moves are more atractive, but Srikandi moves are little bit girly but still strong.


Call us!!!
Contact Person:
Email : cupumanik.art@gmail.com
Phone : +6285725515557
             +6287736236479

Kamis, 09 Oktober 2014

Golek Ayun-Ayun: Kemolekan Gadis Yogya || The Elegance of Yogya Woman



Terdapat banyak tari Golek dengan Gaya Yogyakarta, salah satunya adalah Tari Golek Ayun-Ayun. Tari Golek Ayun-Ayun merupakan salah satu tarian ciptaan (Alm) KRT Sasmita Dipura. Tari ini biasa dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu yang hadir dalam suatu acara. Golek Ayun-Ayun menceritakan tentang seorang gadis yang sedang bersolek. Kostum untuk tari ini adalah rompi beludru dengan hiasan payet emas. Jarik yang digunakan bermotif parang dengan warna putih dan coklat. Irah-irahan yang digunakan oleh penari berupa mahkota merak bersayap merah muda yang semakin mempercantik penampilan. Durasi dari tarian ini sekitar 10 menit.




There are a lot of Golek Dance with Yogyakarta's Style, one of them is Golek Ayun-Ayun Dance. Golek Ayun-Ayun Dance is one of KRT Sasmita Ddipura creation. This dance is usually perform to greet the guests who come at some event. Golek Ayun-Ayun tells a story about a girl who make up and dressing herself. The dress of this dance is velvet vest with gold sequin. Jarik or we can call it skirt is using parang motive with white and brown color. Irah-irahan that used by a dancer is looks like a crown with pink winged peacock that makes a dancer looks more beautiful. The duration of this dance is about  10 minutes.

Call us!!!
Contact Person:
Email : cupumanik.art@gmail.com
Phone : +6285725515557
             +6287736236479